
11/14/2012 09:50:00 PM

Unknown
Suatu
kisah nyata yang terjadi pada masa sebelum Rasululloh, tepatnya di
jaman Nabi Isa AS, yang patut diambil sebagai ibroh bagi orang-orang
yang beriman. Dahulu, ada tiga orang bayi yang bisa berbicara. Salah
satunya adalah seorang bayi yang hidup pada masa Juraij. Juraij adalah
seorang ahli ibadah, dia memiliki sebuah tempat ibadah yang sekaligus
jadi tempat tinggalnya.
Suatu ketika Juraij sedang melaksanakan
shalat, tiba-tiba ibunya datang memanggilnya: “Wahai Juraij”. Dalam
hatinya, Juraij bergumam: “Wahai Robbku, apakah yang harus aku
dahulukan? meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?”. Dalam
kebimbangan, dia tetap meneruskan sholatnya. Akhirnya sang ibu pulang.
Esok harinya, sang ibu datang lagi dan memanggil: “Wahai Juraij!”.
Juraij yang saat itu pun sedang sholat bergumam dalam hatinya: “Wahai
Robbku, apakah aku harus meneruskan sholatku? Ataukah (memenuhi)
panggilan ibuku?”. Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya.
Sang
ibu kembali pulang untuk-kedua kalinya. Ketiga kalinya, ibunya datang
lagi seraya memanggil: “Wahai Juraij!”. Lagi-lagi Juraij sedang
menjalankan sholat. Dalam hatinya, ia bergumam: “Wahai Robbku, haruskah
aku memilih meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?”.
Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya.
Akhirnya, dengan kecewa
setelah tiga kali panggilannya tidak mendapat sahutan Bari anaknya, sang
ibu berdoa: “Ya Alloh, janganlah engkau matikan Juraij hingga dia
melihat wajah wanita pelacur”.
Orang-orang Bani Israil (ketika itu)
sering menyebut-nyebut nama Juraij serta ketekunan ibadahnya, sehingga
ada seorang wanita pelacur berparas cantik jelita mengatakan: Jika
kalian mau, aku akan menggodanya (Juraij). Wanita pelacur itupun
kemudian merayu dan menawarkan diri kepada Juraij. Tetapi sedikitpun
Juraij tak memperdulikannya. Namun apa yang kemudian dilakukan oleh
wanita itu? Ia mendatangi seseorang yang tengah menggembala di sekitar
tempat ibadah Juraij. Lalu demi terlaksananya tipu muslihat, wanitu itu
kemudian merayunya.
Maka terjadilah perzinaan antara dia dengan
penggembala itu. Hingga akhirnya wanita itu hamil. Dan manakala bayinya
telah lahir, dia membuat pengakuan palsu dengan berkata kepada
orang-orang: “Bayi ini adalah anak Juraij.” Mendengar hal itu,
masyarakat percaya dan beramai-ramai mendatangi tempat ibadah Juraij,
memaksanya turun, merusak tempat ibadahnya dan memukulinya.
Juraij yang tidak tahu masalahnya bertanya dengan heran: “Ada apa dengan
kalian?”. “Kamu telah berzina dengan wanita pelacur lalu dia sekarang
melahirkan anakmu”, jawab mereka. Maka, tahulah Juraij bahwa ini adalah
makar wanita lacur itu. Lantas bertanya: “Dimana bayinya?”. Merekapun
membawa bayinya. Juraij berkata: “Biarkan saya melakukan sholat dulu”,
kemudian dia berdiri sholat.
Seusai menunaikan sholat, dia menghampiri si bayi lalu mencubit perutnya seraya bertanya: “Wahai bayi, siapakah ayahmu?”
Si bayi menjawab: “Ayahku adalah si fulan, seorang penggembala”.
Akhirnya, masyarakat bergegas menghampiri Juraij, mencium dan
mengusapnya. Mereka minta maaf dan berkata: “Kami akan membangun tempat
ibadahmu dari emas”. Juraij mengatakan: “Tidak, bangun saja seperti
semula yaitu dari tanah liat”. Lalu merekapun mengerjakannya.
Hikmah yang dapat diambil dari cerita di atas, dalam suatu riwayat,
Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah
yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.”
“Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah S.A.W.”Ibunya.”
Maka merupakan suatu keasalahan bagi laki-laki sendiri maupun sudah
beristri yang mengabaikan hak-hak ibunya.
Seyogyanya pula bagi kita kaum ibu bisa bersabar dan menjaga lisan agar anak-anak kita tidak mendapatkan masalah yang sulit.
Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang
lebih kuat daripada laki-laki. Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W.
akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu lebih penyayang daripada bapak
dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”
Dan perlu
diwaspadai pula bahwa doa seorang ibu sungguh mustajab. Baik doa
kebaikan ataupun doa buruk. Seperti diceritakan kisah tersebut di atas
walaupun permasalahannya hanya sepele yaitu mengabaikan panggilan ibunya
meskipun anak laki-laki tersebut sedang melakukan shalat 5 waktu.
Wallahu bisshowab
(Berbagai Sumber)
0 komentar :
Posting Komentar